Mengapa Arab Berpaling dari Abu Mazen?
Posted by
Unknown
at
4:28 AM
Seiring dengan kenaikan peringkat Palestina di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjadi negara pengawas non anggota, harapan rakyat terhadap Otorita Palestina pimpinan Mahmoud Abbas pun semakin tinggi.
Sebelum keputusan Otorita Ramallah merujuk ke PBB untuk mengajukan kenaikan posisi negara Palestina dan berubahnya negara ini menjaga negara pengawas non anggota di PBB, pemimpin Arab menjanjikan bantuan finansial cukup besar kepada Otorita, namun kini tidak satu pun dari mereka memenuhi janjinya tersebut.
Sebelum keputusan Otorita Ramallah merujuk ke PBB untuk mengajukan kenaikan posisi negara Palestina dan berubahnya negara ini menjaga negara pengawas non anggota di PBB, pemimpin Arab menjanjikan bantuan finansial cukup besar kepada Otorita, namun kini tidak satu pun dari mereka memenuhi janjinya tersebut.
Negara-negara Arab bukan saja tidak memberikan bantuan finansial kepada Otorita seperti yang mereka janjikan, bahkan mereka pun enggan melawat Ramallah. Sebelumnya dijadwalkan anggota Liga Arab akan mengirim delegasi menlunya ke Tepi Barat dan bertemu dengan Mahmoud Abbas, pemimpin Otorita Ramallah, namun ternyata Sekjen Liga Arab, Nabil el-Arabi hanya ditemani oleh menlu Mesir saat berkunjung ke kawasan ini. Hal ini telah memaksa Abbas mengeluarkan ancaman untuk membubarkan Otorita Ramallah dan menyerahkan pengelolaan Tepi Barat dan Baitul Maqdis kepada Rezim Zionis Israel dengan dalih protes atas berlanjutnya pembangunan distrik Zionis.
Hani al-Misri, penulis dan pengamat Politik di Palestina terkait hal ini mengatakan, pemerintah Otorita Ramallah seharusnya memanfaatkan semua fasilitas yang dimilikinya untuk menghadapi Rezim Zionis Israel ketimbang disibukkan untuk memulai perundingan dengan rezim ilegal ini. Menurut al-Misri, perubahan strategi Otorita dengan menekankan muqawama anti Israel akan membuat negara-negara Arab tertekan oleh rakyat mereka sendiri dan terpaksa mengubah sikapnya saat ini terhadap Otorita serta memperhatikan kebutuhan finansial pemerintahan pimpinan Mahmoud Abbas ini. Hani menekankan, tidak terealisasinya janji bantuan finansial negara Arab terhadap petinggi Otorita Ramallah dan absennya mereka di Ramallah disebabkan oleh represi Amerika terhadap negara-negara tersebut. Ia pun mengingatkan kesalahan Otorita Ramallah di masa lalu saat perundingan damai dan menjelaskan bahwa bangsa Palestina kini mengharapkan lebih kepada Otorita Ramallah dari sekedar kenaikan posisi di PBB serta menunggu Abbas berhasil mengakhiri pembangunan distrik Zionis di wilayah pendudukan. Al-Misri juga mengkritik ancaman Abu Mazen terkait pembubaran Otorita Ramallah dan menekankan kubu dengan mengambil kebijakan muqawama menghadapi Israel harus berusaha mengubah dirinya menjadi pemerintah yang kokoh bagi bangsa Palestina dan bukannya menjadikan dirinya sebagai wakil dari Israel sehingga setiap saat bersedia mengembalikan urusan Tepi Barat kepada Tel Aviv.
Talal Aukal, penulis serta analis lain Palestina seraya mengisyaratkan tidak adanya komitmen negara-negara Arab untuk memberi bantuan finansial kepada Otorita Ramallah serta absennya mereka di Ramallah saat lawatan Nabil el-Arabi menekankan, telah tiba saatnya bagi Otorita Ramallah untuk memiliki keberanian cukup membongkar kebijakan munafik negara-negara Arab khususnya ketika mereka tidak begitu peduli terhadap bangsa Palestina. Aukal juga mengisyaratkan pembatalan lawatan Raja Qatar, Sheikh Hamad bin Khalifa al-Thani ke Ramallah dan menekankan, jika Emir Qatar memiliki niat untuk menyatakan solidaritas dan dukungannya terhadap bangsa Palestina ketika hendak mengunjungi Ramallah, maka tidak seharusnya ia membatalkan lawatannya hanya karena ditekan oleh Amerika Serikat. Menurutnya Sheikh Hamad hanya membawa pesan Amerika kepada Otorita ketika melawat Ramallah. Dan ketika menyaksikan kondisi saat ini tidak memungkinkan bagi Otorita untuk menerima pesan Amerika maka ia pun membatalkan lawatannya. (IRIB Indonesia/Qodsna/MF)
0 comments: