Dialog Islam dan Atheis (Bag 4)
Posted by
Unknown
at
9:19 PM
Dialog 4: Ihwal Nabi dan Al-Qur’an
Salah seorang sahabat kami mahasiswa teknik di sebuah institut datang kepada saya dan berkata: Kami mempunyai seorang teman komunis, dia selalu saja mengganggu kami dengan berkata: “Tuhan itu tidak ada, Muhammad tidak lebih baik dari Lenin dan Stallin”, apa yang harus kami lakukan pada orang ini?
Saya berkata: Bawa dia ke sini.
Dia (sahabat saya) berkata: Dia seorang komunis yang sangat fanatik, dan dia tidak mau berhadapan dan bertemu dengan ulama, karena dia menolak dan tidak menerima keberadaan ulama-ulama tersebut.
Saya berkata: Usahakanlah dia bisa datang ke sini. Selang beberapa waktu kemudian sahabat saya pun datang dan berkata: Dia akan datang pada hari raya.
Saya berkata: Hari raya saya banyak aktifitas perjalanan dan bepergian, saya tidak punya waktu untuk berdialog.
Dia berkata: Kami sepakat seperti ini.
Saya berkata: Tidak apa-apa.
Pada hari raya sahabat saya bersama komunis tersebut datang. Dia menjadi kaget melihat sekumpulan orang-orang dari berbagai kalangan masyarakat, dan para pemuda.
Saya berkata pada dia (komunis): Hari ini saya tidak bisa berdialog dengan anda, besok pagi saya punya waktu banyak.
Dia (komunis) berkata: Baiklah.
Besok paginya sesuai dengan waktu yang dijanjikan kedua-duanya datang bersama sekumpulan mahasiswa dan juga beberapa dosen institut.
Saya berkata: Silahkan anda berbicara.
Dia tidak berbicara apa-apa.
Saya berkata: Tidak usah malu-malu, siapa saja yang mau dan senang boleh memulai.
Sahabat saya berkata: Teman saya ini adalah mahasiswa tekhnik di institut dan dia mengingkari keberadaan Tuhan serta berkata: Lenin lebih baik dari pada Muhammad Saw.
Saya menatap ke dia (komunis) dan berkata: Betulkah apa yang dikatakan sahabat saya itu?
Dia berkata: Iya, betul yang dia katakan.
Saya mengeluarkan sebuah pulpen dan berkata: Apakah pulpen yang ada di tangan saya ini dibuat oleh seseorang?
Dia berkata: Tentu saja iya.
Saya berkata: Apakah kain gorden yang dipasang di jendela kamar ini ada pembuatnya?
Dia berkata: Pasti iya.
Saya berkata: Dengan dalil dan bukti apa anda mengatakan bahwa semua ini ada pembuatnya?
Dia berkata: Hal ini sangat jelas.
Saya berkata: Apakah anda melihat siapa yang membuat semua ini?
Dia berkata: Melihat pembuatnya bukanlah sebuah kelaziman dan keharusan.
Saya berkata: Oleh karena itu, alam semesta ini, matahari, bulan, tumbuh-tumbuhan, air, hewan dan manusia mempunyai seorang pencipta dan penciptanya itu adalah Allah Swt.
Dia berkata: Saya tidak melihat Tuhan.
Saya berkata: Sama seperti anda tidak melihat siapa pembuat pulpen dan kain gorden tersebut. Dia menjadi diam dan tidak menjawab apa-apa.
Dia berkata: Baiklah, siapa yang mengatakan bahwa Muhammad lebih baik dari pada Lenin?
Saya berkata: Saya yang berkata, dan juga ratusan juta umat Islam mengatakan hal yang sama.
Dia berkata: Apa dalil dan buktinya?
Saya berkata: Pada saat ini dimana saya sangat menghormati anda, saya mengenal Lenin tidak lebih dari seorang presiden sama seperti Hitler dan Musolini, dan mereka ini tidak layak untuk dibandingkan dengan pribadi Muhammad Saw.
Dia berkata: Lenin tidak sama dengan orang-orang yang anda sebutkan tadi.
Saya berkata: Kenapa?
Dia berkata: Karena Lenin membawa paham humanisme.
Saya berkata: Apa paham humanisme tersebut?
Dia berkata: Yaitu yang membebaskan dan memerdekakan masyarakat dari cengkraman para penguasa.
Saya berkata: Saya tidak suka dan tidak senang berdebat dan berbantah-bantahan dengan anda. Oleh karena itu, sebut saja Lenin sama seperti Ghandi dan Lincoln, yang mana mereka ini telah melepaskan dan membebaskan rakyat mereka dari kezaliman dan penindasan para penguasa dan imperialis. Oleh sebab itu, apa nilai lebih yang dimiliki Lenin atas orang-orang tersebut? Kendatipun saya mempunyai pandangan khusus tentang Lenin.
Dia pun tak menjawab.
Dia berkata: Lalu dengan dalil apa anda mengatakan bahwa Muhammad lebih baik dari Lenin?
Saya berkata: Saya memuliakan Muhammad Saw sebagai seorang utusan Allah Swt dan saya meyakini bahwa beliau Saw bukan bandingan Lenin.
Dia berkata: Apa yang ada padanya sehingga anda memuliakannya dan dengan dalil dan bukti apa anda mengatakan dia utusan Tuhan?
#Saya berkata: Karena Muhammad telah membawa aturan-aturan hidup yang terbaik untuk manusia, dan tak seorang pun manusia mampu membuat sesuatu yang sama dengan al-Qur’an, dan ini adalah sebaik-baiknya dalil bahwa yang mulia Muhammad Saw adalah utusan dari Allah Swt.
Dia berkata: Apa keagungan dan kemuliaan al-Qur’an dan apa relevansi antara diturunkannya al-Qur’an dan kenabian Muhammad?
Saya berkata: Adapun dalil tentang keagungan al-Qur’an adalah bahwa aturan atau undang-undang yang ada dalam al-Qur’an bisa diterapkan kapan dan dimana saja. Di samping itu karena keagungannya maka al-Qur’an mempunyai posisi disiaran dunia dan disiarkan serta diperdengarkan oleh pemancar-pemancar radio internasional, baik itu radio-radio umat Islam maupun radio-radio musuh Islam seperti radio London, suara Amerika, radio Israel, dan lainnya. Padahal di dunia ini telah jutaan buku yang ditulis namun tak satu pun buku atau kitab yang sama seperti al-Qur’an yaitu mampu memposisikan dirinya sebagai the best of book.
Bukankah ini adalah dalil dan bukti terbaik akan keagungan al-Qur’an?
Dia berkata: Radio negara-negara Islam menyiarkan bacaan-bacaan al-Qur’an karena mereka adalah pengikut al-Qur’an sementara radio-radio barat juga menyiarkan bacaan-bacaan al-Qur’an hanya sekedar ingin menarik perhatian umat Islam.
Saya berkata: Lalu kenapa radio-radio komunis tidak menyiarkan pandangan-pandangan komunis Marxisme, dan kenapa orang-orang selain komunis tidak menyiarkan kitab-kitab komunis tersebut di radio-radio mereka, dan demikian juga kitab-kitab seperti Taurat, Injil dan lain-lain tidak disiarkan?
Dia tak menjawab.
Dia berkata: Baiklah, dalil apa yang dimiliki al-Qur’an yang menyatakan bahwa pembawanya adalah Nabi?
Saya berkata: karena al-Qur’an sendiri yang mengajak dan menawarkan tantangan kepada seluruh manusia untuk membuat al-Qur’an tandingan. Akan tetapi, sejak dari zaman Nabi Saw sampai sekarang -yaitu sekitar 14 abad telah berlalu- tidak satu pun orang yang mampu membuat satu surat yang sama seperti surat-surat yang ada dalam al-Qur’an.
Dia berkata: Ini kan hal yang sangat mudah, sekarang juga saya bisa membuat satu surat yang sama dengan al-Qur’an.
Saya berkata: Anda membaca al-Qur’an?
Dengan terang-terangan dia berkata: Saya tidak membaca al-Qur’an.
Saya berkata: Oleh karena itu, kalau sepotong ayat saja anda belum pernah melihat sama sekali, bagaimana bisa mengklaim bahwa anda bisa membuat surat seperti surat al-Qur’an?
Dia menjawab: Tidak.
Saya berkata: Pertama anda harus membaca al-Qur’an dan kenalilah metode yang digunakannya kemudian setelah itu baru anda bisa mengatakan saya bisa membuat satu surat yang mirip dan sama seperti al-Qur’an.
Dia berkata: Lalu kenapa Nabi Muhammad menikah dengan banyak wanita?
Saya berkata: Berapa jumlah wanita yang dinikahi Nabi Muhammad Saw?
Dia berkata: Saya tidak tahu.
Saya berkata: Lalu dari mana anda tahu bahwa Nabi Saw menikah dengan banyak wanita?
Dia pun menjadi diam.
Kemudian saya berkata: Pada zaman Rasulullah Saw -disebabkan peperangan yang terjadi antara kabilah-kabilah Arab- jumlah laki-laki sangat minim sementara jumlah wanita yang tidak punya tempat sandaran hidup semakin melonjak. Oleh karena itu, pada zaman Nabi Saw sudah menjadi adat jika setiap laki-laki menikah dengan beberapa orang wanita. Kalau kaum lelaki tidak menikah dengan banyak wanita maka betapa banyak wanita yang akan hidup tanpa seorang suami. Mana yang lebih baik, apakah para wanita hidup tanpa bersuami ataukah setiap lelaki menikah beberapa wanita dan memiliki beberapa istri?
Dia berkata: Yang kedua lebih baik.
Saya berkata: Oleh karena itu, menurut anda Nabi Muhammad Saw melakukan perbuatan yang lebih baik, kemudian saya berkata: Masih banyak jawaban lain tentang kenapa Nabi Saw mempunyai bebarapa istri, namun, saat ini saya tidak punya waktu untuk menjelaskan hal itu.
Dia berkata: Apakah (ajaran) Nabi yang diutus pada 14 abad yang lalu masih bisa diterapkan untuk masa sekarang ini?
Saya berkata: Apa pendapat anda tentang masyarakat yang hidup pada abad-abad lalu, apakah masih punya kemaslahatan jika diterapkan untuk masa kita sekarang ini?
Dia berkata: Menurut saya jangankan hal ini, undang-undang yang kurang dari seabad saja sudah tidak layak dan tidak pantas untuk diterapkan pada masa sekarang ini.
Saya berkata: Lalu kenapa anda mempercayai komunisme, padahal undang-undang atau aturannya bersumber dari penjelasan-penjelasan Komunis Marxisme yang disusun sejak setengah abad yang lalu?
Dia tak menjawab.
Kemudian saya memberikan penjelasan kepadanya bahwa aturan-aturan Rasulullah Saw adalah sebuah aturan yang mengandung nilai-nilai insani yang bisa diterapkan kapan dan dimana saja, seperti undang-undang keadilan, ihsan (berbuat baik), kerjasama, tolong menolong, ibadah, akhlak, dan lain-lain.
Dia berkata: Akhlak adalah sebuah bentuk lamunan dan angan-angan kaum borjuis.
Saya berkata: Kalau salah seorang anggota partai anda berkhianat pada partai, apakah orang tersebut termasuk anggota yang baik atau buruk?
Dia berkata: Anggota buruk.
Saya berkata: Kalau salah seorang anggota mempunyai keberanian dan sikap rela berkorban serta memajukan partai, bagaimana?
Dia berkata: Orang tersebut adalah seorang anggota yang baik untuk partai.
Saya berkata: Oleh karena itu, akhlak bukanlah angan-angan kaum borjuis, karena anda sendiri yang menghukumi bahwa khianat, malas-malasan adalah sifat buruk dan tercela, sementara berani, pemaaf adalah sifat-sifat terpuji.
Dia tidak bisa menjawab apa-apa.
Dia berkata: Kalau Islam sebuah agama yang baik, lalu kenapa kaum muslimin banyak ketinggalan?
Saya berkata: Dikarenakan umat Islam tidak mengamalkan ajaran agamanya secara baik dan sempurna.
Dia berkata: Apakah umat Islam tidak pernah mengamalkan ajaran Islam? Dan kemudian dia berkata: Tidak ada satu pun zaman atau masa umat Islam mau mengamalkan ajaran agamanya, karena Islam tidak punya kelayakan untuk diamalkan.
Saya berkata: Siapa yang berkata kepada anda bahwa umat Islam tidak pernah mengamalkan ajaran agamanya? Bahkan sebaliknya, aturan-aturan atau undang-undang negara-negara Islam telah diterapkan dan dilaksanakan selama satu abad sejak awal mula Islam. Namun sejak hari itu -dimana umat Islam tidak lagi menerapkan atau meninggalkan sama sekali aturan dan undang-undang Islam dan mengimpor aturan dan undang-undang dari barat dan timur- kondisi umat Islam mengalami perubahan yang mengecewakan seperti yang anda saksikan saat ini.
Kemudian saya berkata kepadanya: Seperti yang dikatakan dan diakui oleh para pemimpin komunisme bahwa sampai saat ini paham komunisme betul-betul belum diamalkan dan diterapkan. Lalu dengan dalil dan bukti apa anda menjadi pengikut komunis dan bekerja untuknya?
Dia berkata: Saya akan terus berusaha sehingga komunisme betul-betul diterapkan dan diamalakan.
Saya berkata: Lalu kenapa anda tidak berusaha sehingga ajaran Islam betul-betul terlaksana?
Dia berkata: Islam adalah sebuah agama imperialis, karena dia datang dan menjadikan bangsa Arab lebih utama dan lebih baik dari seluruh bangsa dan negara yang ada.
Saya berkata: Akan tetapi, Islam sendiri mengingkari omong kosong ini.
Dia berkata: Bagaimana?
Saya berkata: Karena Islam mengatakan dalam al-Qur’an: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. al-Hujurat [49] ayat 13)
Anda lihat bahwa Islam tidak mengatakan: Orang yang paling mulia di sisi Allah Swt di antara kalian adalah orang-orang arab.
Dan Rasulullah Saw bersabda: “Tidak ada yang membedakan antara orang Arab dan non-Arab (ajam) kecuali ketaqwaannya”. Beliau tidak mengatakan:“orang Arab lebih baik dari non-Arab”.
Dia berkata: Saya tidak pernah mendengar ungkapan dan perkataan ini.
Saya berkata: Karena anda tidak mengenal Islam.
Dia berkata: Kalau Rasulullah seorang yang bijak dan ahli hikmah, lalu kenapa dia tidak membuat undang-undang atau aturan yang bisa mencegah terjadinya ikhtilaf dan perpecahan di antara umat Islam?
Saya berkata: Kenapa kaum komunis tidak membuat undang-undang atau aturan yang bisa mencegah terjadinya ikhtilaf di antara mereka?
Dia berkata: Komunis memiliki aturan dalam hal ini.
Saya berkata: Apa dalilnya bahwa Lenin, Stallin, dan Gorbachef satu dengan yang lain tidak saling bertikai dan berikhtilaf, kenapa Bulghanin dan Terutiski berperang, dan kenapa sampai sekarang masih terjadi konflik internal di tubuh partai-partai komunis?
Dia berkata: Sebagian kaum komunis itu adalah komunis gadungan.
Saya berkata: Sebagian umat Islam juga seperti itu. Pada dasarnya Rasulullah Saw menetapkan banyak aturan dan undang-undang dengan tujuan menyatukan umat Islam, al-Qur’an dalam hal ini menyatakan: “Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S. al-Anfâl [8] ayat 46)
Dia berkata: Sekarang perintah apa yang akan anda berikan pada saya?
Saya berkata: Keluar dan tinggalkanlah partai komunis dan amalkanlah ajaran Islam serta ajaklah masyarakat menuju Islam.
Dia berkata: Maksud anda adalah saya masuk anggota organisasi Ikhwanul Muslimin?
Saya berkata: Tidak, saya tidak mengatakan masuklah anggota organisasi Ikhwanul Muslimin.
Dia berkata: Sudah masyhur bahwa anda ini adalah salah seorang anggota Ikhwanul Muslimin.
Saya berkata: Ini adalah salah satu tuduhan yang saya tidak akan pernah mempercayainya, saya bukan anggota dari Ikhwanul Muslimin.
Dia berkata: Lalu kenapa anda bekerja dan aktif untuk Islam?
Saya berkata: Karena saya -insyaallah- seorang muslim dan Islam memerintahkan kepada para pengikutnya supaya senantiasa berusaha dan bekerja keras dalam menjalankan aturan dan undang-undang Islam.
Dia berkata: Kalau saya keluar dari partai komunis, maka saya harus masuk partai Islam yang mana?
Saya berkata: Menurut pandangan saya Islam tidak membutuhkan partai.
Dia berkata: Lalu bagaimana saya bekerja untuk Islam?
Saya berkata: Anda bisa bekerja sama dengan seluruh umat Islam.
Dia berkata: Apa bedanya antara partai dengan jemaat?
Saya berkata: Jemaat adalah kelompok yang sangat aktif, mereka tidak memiliki satu konsep saja. Akan tetapi, partai memiliki konsep pemikiran tersendiri dan khusus.
Misalnya di Iran terdapat banyak organisasi yang aktif dalam memerangi dan menentang agama-agama dan aliran-aliran sesat, padahal mereka tidak mempunyai partai.
Dia berkata: Kalau saya bekerja untuk Islam maka negara akan menentang dan memerangi saya.
Saya berkata: Memangnya dulu ketika anda bekerja untuk komunis pemerintah juga menentang dan memerangi anda?
Dia berkata: Saya bekerja -untuk komunis- secara sembunyi-sembunyi, dan mereka mengatakan bahwa Islam tidak membolehkan aktifitas-aktifitas yang bersifat sembunyi-sembunyi.
Saya berkata: Aktifitas sembunyi-sembunyi itu memiliki dua makna: pertama, yaitu aktifitas anda didasari dengan sembunyi-sembunyi, dimana bekerja dengan sembunyi-sembunyi menjadi bagian pokok dari program aktifitas-aktifitas tersebut, ini yang dilarang. Kedua, yaitu anda kadang-kadang melakukan aktifitas secara sembunyi-sembunyi dengan alasan demi menjaga nyawa, harta dan harga diri anda dan umat Islam. Oleh karena itu, ketika kondisi aman maka tidak ada aktifitas yang bersifat sembunyi-sembunyi. Namun ketika dirasakan berbahaya maka diperbolehkan. Dan inilah bentuk dan makna sembunyi-sembunyi yang dianggap baik serta dianjurkan Islam. Dan dengan maksud ini pula maka ditetapkanlah sebuah aturan yang disebut taqiyyah. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Al-Qur’an: “Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).” (Q.S. Ali Imran [3] ayat 28)
Dia berkata: Saya telah banyak mengambil waktu anda dan saya mengucapkan banyak terima kasih atas kesabaran anda.
Saya berkata: Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada anda karena anda menerima hakikat dan kebenaran tanpa permusuhan dan keras kepala.
(Sumber : Dialog Islam dan Atheis by Team Wisdoms4all)
0 comments: