Kisah Mus'ab bin Umair al-Khair ra
Posted by
Unknown
at
2:14 AM
Mus'ab mengenakan pakaian terbaiknya, menyisir rambutnya,
menyemprotkan parfum ke tubuhnya, lalu pergi. Aroma parfumnya menyebar
keseluruh penjuru. Beberapa orang wanita berbisik-bisik tentang pemuda kaya
raya itu. Mereka berharap bahwa Mus'ab mau menikahi salah satu putrinya.
Mus'ab
menghibur dirinya bersama temannya. Suatu hari, ia mendengar tentang suatu
peristiwa baru yang terjadi di Makkah. Saat itu, Nabi Muhammad saw mulai
mengajak orang-orang masuk Islam.
Mus'ab
memutuskan untuk menemui Nabi Muhammad saw. dan mendengar khotbah beliau.
Sehingga, ia pun pergi menuju rumah Al Arqam. Tadinya, dia bermaksud untuk
meluangkan sedikit saja waktunya bersama Nabi Muhammad saw, karena ia telah
berjanji pada teman-temannya untuk pergi mencari hiburan.
Namun,
ketika Mus'ab duduk di hadapan Nabi Muhammad saw, dia mendapatkan sesuatu yang
baru. Dia menyadari akan ampunan, cinta sejati, dan akhlak yang baik. Maka, ia
pun mendngarkan kata-kata Nabi.
Tiba-tiba
ia berkata, "Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu utusan
Allah."
Sejak
saat itu, Mus'ab pun menjadi orang yang beriman. Dia mulai menatap ke langit
dan merasakan penderitaan kaum miskin. Lalu, siapakah Mus'ab itu ?
Nama
lengkapnya adalah Mus'ab bin Umair bin Hasyim bin Abdul Manaf. Dia berasal dari
bani Abdul Daar yang berasal dari suku Quraisy. Dia termasuk salah satu sahabat
terbaik. Dia masuk Islam pada masa awal. Dia merahasiakan keislamannya. Ketika
kaum kafir mengetahui keislamannya, mereka pun memenjarakan ia di dalam
rumahnya. Dia berhijrah ke Habsyi (Ethiopia) dan kemudian kembali lagi ke
Makkah.
Nabi
Muhammad saw. mengirim ia ke Madinah untuk mengajarkan Alquran pada
orang-orang. Jadi, ia merupakan Muhajirin pertama. Rasulullah saw menjulukinya
Mus'ab al Khair.
Dia
ikut serta dalam Perang Badar. Dia syahid dalam Perang Uhud dan dialah yang
membawa bendera Nabi saw.
Masuk
Islamnya Mus'ab
Pada
suatu malam, Mus'ab pulang ke rumahnya. Dia makan malam tanpa berkata apa-apa.
Dia hanya makan satu jenis makanan. Ayahnya memandanginya. Ibunya pun heran
dengan kebiasaan barunya itu. Ibunya bertanya tentang hal itu. Dia hanya
menjawab," Tidak ada apa-apa."
Ketika
waktu tidur tiba, Mus'ab berbaring di tempat tidurnyadan memandangi langit yang
berbintang. Dia pun merasa sangat kagum atas kebesaran Allah, Pencipta langit
dan Bumi,Penguasa jagad raya.
Semua
sudah tertidur, Namun Mus'ab masi terjaga. Dia bangun dan berwudu dengan
hati-hati agar tidak seorang pun melihatnya. Dia memasuki kamarnya dan mulai
berdoa pada Allah, Yang Mahamulia.
Pada
pagi berikutnya, ibu Mus'ab meras heran dengan perilaku aneh anaknya. Dia tak
berhenti di depan cermin untuk menyisir rambutnya. Dia tidak memakai parfum di
tubuhnya. Dia hanya berpakaian seperti orang biasa. Selain itu, ia
memperlakukan orang tuanya dengan sopan.
Suatu
hari, ibunya mendengar kabar mengenai seringny6a Mus'ab pergi ke rumah Al
Arqam. Ibunya pun menjadi marah. Ibu Mus'ab menunggu kedatangannya dengan tidak
sabar.
Mus'ab
kembali pada sore harinya dan menyapa ibunya. Namun ibunya menampar pipinya dan
berkata dengan keras," Mengapa kau tinggalkan agama leluhurmu dan
mengikuti agama Muhammad ?"
Mus'ab
menjawab,"Ibunda, karena itu merupakan agama terbaik."
Ibunya
kehilangan akal sehatnya karena semua orang telah mengabaikannya termasuk juga
suaminya. Dia tidak dapat mengendalikan dirinya lagi. Maka, ia pun menampar
pipi anaknya lagi.
Mus'ab
lalu duduk dengan sedih. Ibunya pun ikut duduk juga. Ia mulai berfikir
bagaimana caranya agar anaknya itu kembali ke agama leluhurnya lagi.
Dengan
lembut, ibunya berkata," Tidakkah kau lihat umat Islam menderita karena
penyiksaan? Islam adalah agama para budak. Agama ini cocok untuk Bilal, Suhaib,
dan Ammar. Sedangkan kau merupakan bagian dari suku Quraisy yang terhormat."
Mus'ab
memandang ke arah ibunya dan berkata," Tidak Bu! Islam adalah agama semua
orang. Tidak ada perbedaan antara Quraisy dengan selain Quraisy, dan antara
yang hitam dan yang putih. Yang membedakan diantara mereka hanyalah ketaqwaan
pada Allah. Ibu, aku mohon ikutilah agama Allah dan tinggalkan berhala karena
mereka tidak berguna!"
Ibunya
tetap diam. Dia lalu memikirkan cara lain agar anaknya meninggalkan agama
Muhammad saw.
Matahari
bersinar pada keesokan paginya. Sinarnya memenuhi rumah-rumah di kota Makkah dan
perbukitannya. Rumah itu tampak sepi. Mus'ab bertanya dalam hatinya," ke
manakah ibuku pergi?"
Mus'ab
hendak keluar. Dia lalu menuju pintu, dan mencoba untuk membukanya namun pintu
itu ternyata terkunci. Mus'ab pun menunggu kedatangan ibunya. Satu jam telah
berlalu. Pintu itu kemudian terbuka. Ibunya bersama seorang lelaki beserban
muncul dari belakang pintu. Lelaki itu membawa pedang di tangan kanannya dan
rantai di tangan kirinya.
Penjara
Ibunya
berkata padanya," Apakah kau ingin pergi ke rumah Al Arqam?"
Mus'ab
terdiam. Ibunya pun melanjutkan, "Ruangan itu akan menjadi penjara bagimu
hingga kau tinggalkan agama Muhammad."
Dengan
tegas Mus'ab menjawab," Lebih baik aku mati demi agama Muhammad !"
Orang
beserban itu pun lalu merantai Mus'ab, dan ibunya mendorongnya ke dalam kamar
yang menjadi penjara baginya.
Hari-hari
pun berlalu.
Mus'ab
pun menderita kelaparan dan kesepian dalam penjara. Mus'ab tak henti-hentinya
menangis.
Nabi
Muhammad saw. dan umat Muslim mendengar tentang penderitaan Mus'ab. Mereka
merasa prihati terhadap Mus'ab. Mereka kagum kepada Mus'ab karena dia memilih
dipenjara dari pada mengingkari agama Allah.
Kebebasan
Mus'ab
selalu beribadah kepada Allah selama dalam kurungan. Dia ikhlas dengan
takdirnya. Namun, dia merasa bahwa kebebasan merupakan hal terindah dalam
hidup, dan keimanannya pada Allah merupakan jalan menuju kebebasan. Mus'ab
merasakan penderitaan budak-budak di Makkah.
Hari
dan minggu pun berlalu. Mus'ab masih tetap dikurung. Allah berkehendak untuk
menyelamatkannya dari penderitaan itu.
Tersebutlah
seorang raja di negeri Habsyi. Nabi Muhammad saw. menyeru pada umat Muslim
untuk berhijrah ke sana.
Seorang
Muslim dengan sembunyi-sembunyi datang ke penjara Mus'ab. Orang itu memberi
tahu Mus'ab tentangt hijrahnya umat Islam. Mus'ab pun gembira dan penuh
harapan. Orang tersebut melepaskannya dari penjara. Dia senang dapat ikut
bersama kaum Muslim. Mereka melewati gurun pasir menuju laut merah.
Ke
Negeri Habsyi
Kafilah
itu telah sampai ke pelabuhan Jeddah. Mereka berjumlah lima belas orang. Mereka
melarikan diri dari kaum kafir untuk menyelamatkan agamanya. Sebuah kapal
merapat ke pelabuhan Jeddah. Kapal itu menuju ke Habsyi. Muhajirin (orang-orang
yang hijrah) pun pergi. Mereka mengucap syukur ke hadirat Allah atas keimanan
dan keselamatan mereka.
Angin
berhembus sepoi-sepoi, dan air laut tenang. Kapal itu mulai bertolak menuju
Habsyi. Setelah beberapa hari, kapal itu pun sampai di Habsyi.
Ke
Negeri Habsyi
Al
Najashyi, Raja Habsyi, adalah orang yang adil. Dia menyambut kedatangan umat
islam ke negerinya.
Di
antara Muhajirin terdapat Abdurrahman bin Auf, Al Zubair bin al Awam, Utsman
bin Mazun, Abdullah bin Mas'ud, Utsman bin Affan dan istrinya Ruqayyah (putri
Nabi), Umi Ayman, Abu Salamah dan istrinya Umu Salamah, serta Mus'ab bin Umair.
Muhajirin
dapat beribadah kepada Allah dengan tenang. Mereka berharap dapat mendengarkan
berita-berita tentang Nabi Muhammad saw. dan tentang mereka yang mengikuti
Nabi. Mereka memohon pada Allah agar menganugerahkan kemenangan kepada mereka
atas kaum kafir.
Kaum
kafir berencana untuk membawa kembali umat Muslim dengan paksaan. Mereka pergi
menuju pelabuhan Jeddah. Mereka tidak menemukan kapal itu karena ternyata kapal
itu telah berangkat ke Habsyi. Kemudian, mereka pun memikirkan cara lainuntuk
membawa pulang umat Islam.
Kepulangan
Kaum
kafir ingin mengadakan perdamaian dengan Nabi Muhammad saw. karena Islam
menyebar dengan cepat.
Sebagai
contoh, Hamzah bin Abdul Muththalib (paman Nabi saw) telah menjadi Muslim
karena Abu Jahal telah menganiaya Nabi saw. Lalu Umar bin Khaththab, musuh umat
Islam yang paling kejam, telah menjadi Muslim juga. Tentu saja, kaum Muslim
menyadari akan kekuatan besarnya.
Selama
masa tersebut, Raja menerima Muhajirin di negerinya. Sehingga, rakyatnya
memberontak terhadapnya.
Umat
Muslim berfikir untuk pulang kembali ke Makkah agar tidak menempatkan Al
Najashyi dalam posisi yang paling sulit. Dalam pada itu, mereka mendengar
tentang gencatan senjata antara kaum Muslim dan kaum kafir di Makkah.
Setelah
tiga bulan di Habsyi, kaum Muslim memutuskan untuk kembali ke Makkah. Sebelum
umat Islam tiba di Makkah, mereka mendengan kabar buruk. Yaitu kabar tentang
kaum Quraisy yang masih tetap berlaku tidak adil. Mereka terus menyiksa umat
Muslim.
Oleh
karena itu, Muhajirin berada diantara dua pilihan, yaitu kembali ke Habsyi atau
masuk ke Makkah dan mengalami penyiksaan lagi. Sebagian Muhajirin kembali ke
Habsyi dan sebagian lagi tetap memilih untuk tetap pergi ke Makkah.
Mus'ab
memilih untuk pulang ke Makkah. Mus'ab pulang ke rumah untuk mencari ibunya.
Ternyata ibunya masih tetap keras kepala. Ibunya berusaha untuk memenjarakan
Mus'ab lagi, namun Mus'ab meninggalkan rumahnya. Matanya berlinangan air mata.
Mus'ab
ingin ibunya menjadi Muslim juga. Dia berharap ibunya dapat membuka matanya
agar dapat melihat cahaya tauhid. Namun jawaban terakhir ibunya
adalah," Aku tak ingin orang-orang mengatakan bahwa aku lebih memilih
agama anakku dibandingkan agama ayahku."
Pertemuan
di Makkah
Nabi
Muhammad saw. sedang menantikan musim ziarah untuk mengajak para peziarah untuk
masuk Islam.
Enam
orang yang berasal dari Yatsrib datang ke Makkah. Nabi saw. bertanya pada
mereka," Kalian berasal dari mana?"
Mereka
menjawab," Kami dari Yatsrib. Kami berasal dari suku Khazraj."
Nabi
saw. lalu berkata pada mereka," Apakah kalian para pendukung kaum Yahudi ?"
Mereka
menjawab," Benar."
Kemudian
Nabi saw duduk bersama mereka. Lalu, beliau membacakan beberapa ayat Alquran
dan mengajak mereka untuk masuk Islam.
Penduduk
Yatsrib telah mendengar dari kaum Yahudi bahwa seorang nabi akan segera muncul.
Karena itulah, mereka saling berkata, "Dialah nabi yang telah diceritakan
oleh kaum Yahudi."
Dengan
segera mereka menjadi Muslim dan berkata, " Permusuhan antara suku Aus
dengan suku Khazraj semakin sengit, semoga Allah mempersatukan kami melalui
engkau!"
Mereka
lalu pergi menuju Yatsrib dan mulai mengajak penduduknya untuk masuk Islam.
Penghormatan
Pertama Al Akaba
Ketika
musim ziarah dimulai, dua belas orang Yatsrib datang dan menemui Nabi saw. di
tempat yang bernama Al Akaba.
Kedua
belas orang tersebut berjanji pada nabi bahwa mereka tak akan menjadi musyrik,
takkan mencuri, takkan berzina, takkan membunuh anak perempuan mereka, dan
takkan berkata bohong.
Muhajirin
Pertama
Umat
Muslim di Habsyi meminta Nabi Muhammad saw. agar mengirimkan seseorang untuk
mengajar mereka tentang Islam.
Nabi
Muhammad saw. merasa Mus'ab adalah orang yang paling tepat untuk mengemban
tugas tersebut. Oleh karena itu, beliau menyuruhnya untuk bersiap-siap pergi
hijrah ke Habsyi.
Mus'ab
bin Umair mematuhi perintah Nabi saw. dan kemudian pergi bersama yang lainnya
menuju Habsyi.
Oleh
karena itu, Mus'ab bin Umair adalah orang yang pertama hijrah ke Habsyi karena
Allah semata. Dia tinggal bersama Sa'ad bin Zarara, yang juga termasuk orang
yang masuk Islam pada masa awal.
Hari
demi hari berlalu. Mus'ab bersama kaum Muslim lainnya mengajari mereka tentang
Islam dan membacakan mereka ayat-ayat Alquran.
Penyebaran
Agama Islam
Sa'ad
bin Zarara ingin menyebarkan agama Islam ke seluruh penjuru Makkah. Dia
mengajak Mus'ab untuk pergi bersamanya menuju rumah bani Ashal dan bani Zafar.
Sa'ad
bin Ma'adh dan Usaid bin Khuzair, adalah pemimpin bani Ashal. Mereka adalah
orang-orang kafir yang bertuhan banyak.
Sa'ad
bin Ma'adh berkata pada Usaid bin Khuzair, "Pergi dan hardiklah kedua
orang itu! Lalu usir mereka dari rumah kita. Sa'ad bin Zurara adalah sepupuku.
Dan aku merasa malu karenanya."
Usaid
bin Khuzair mengambil pedangnya dan menghampiri mereka. Ada sekelompok orang
yang berasal dari Yatsrib di sekeliling mereka. Mereka sedang mendengarkan
ayat-ayat Alquran.
Sa'ad
bin Zurara melihat Usaid berjalan ke arahnya. Dia berkata pada Mus'ab,
"Dia adalah Usaid. Dia adalah pemimpin suku ini. Apabila dia menjadi
Muslim, maka seluruh sukunya pun akan menjadi Muslim."
Usaid
berhenti di dekat mereka. Dia lalu berkata dengan nada mengancam," Jika
kalian masih senang hidup, pergilah dari sini!"
Mus'ab
dengan sopan berkata," Duduklah beberapa menit saja. Dengarkanlah apa yang
sedang kami bacakan. Jika engkau tidak menerimanya, kami akan pergi."
Usaid
lalu berkata," Aku rasa itu adil, baiklah."
Usaid
kemudian menaruh pedangnya di lantai dan duduk.
Mus'ab
mulai membacakan beberapa ayat Alquran. Usaid merasa bahwa keyakinan mulai
memasuki hatinya. Ekspresinya berubah seketika. Kemarahannya menghilang.
Ia
lalu berkata dengan senyuman," Alangkah indahnya !"
Mus'ab
berkata," Inilah agama terbaik. Nabi yang jujur dan dapat dipercaya telah
membawanya."
Usaid
lalu bertanya," Apa yang harus aku lakukan apabila aku ingin menjadi
seorang Muslim?"
Mus'ab
menjawab," Bersihkanlah tubuhmu, berwudulah, katakanlah,' Aku bersaksi
bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad Rasulullah dan hamba Allah.' Lalu
salatlah dua rakaat."
Usaid
berdiri lalu pulang ke rumahnya. Kemudian ia membersihkan tubuhnya, berwudu,
setelah itu kembali menghadap Mus'ab dan Sa'ad bin Zarara, lalu ia pun menjadi
Muslim. Kemudian dia berkata, "Ada seorang pria di sana. Pria itu adalah
kawanku. Apabila ia menjadi seorang Muslim, maka seluruh sukunya akan menjadi
Muslim juga. Akan kupanggilkan dia."
Sa'ad
bin Ma'adh Masuk Islam
Usai
kemudian kembali menuju kawannya, Sa'ad. Ketika Sa'ad bin Ma'adh melihatnya di
kejauhan, dia berkata pada kawannya," Demi Tuhan, Usaid datang dengan
wajah yang lain." Maksudnya, Usaid telah berubah.
Sa'ad
bertanya pada Usaid," Apa yang telah kau lakukan?"
Usaid
menjawab," Aku telah menyuruh mereka pergi. Dan mereka berkata," Kami
akan melakukan apa yang kau inginkan."
Kemudian
Sa'ad bertanya," Di mana mereka sekarang?"
Usaid
menjawab," Di tempat mereka."
Sa'ad
lalu berkata dengan marah," Engkau tidak melakukan apa pun!"
Sa'ad
kemudian berdiri, mengambil pedang dari Usaid, dan pergi menghampiri Mus'ab bin
Umair.
Mus'ab
tersenyum. Dia meminta Sa'ad untuk duduk dan mendengarkan. Kemudian dia
berkata," Apabila kata-kata kami mengganggu kalian, maka kami akan pergi!"
Setelah
Sa'ad menaruh pedangnya, ia lalu duduk.
Mus'ab
membacakan beberapa ayat Alquran. Kemudian, Mus'ab memberitahu Sa'ad tentang
akhlak Islam yang baik, persahabatan, dan persaudaraan.
Sa'ad
merasa bahwa hatinya condong pada agama Islam, sehingga ia lalu
berkata,"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
Rasulullah dan hamba Allah."
Sa'ad
merahasiakan keislamannya, karena ia bermaksud untuk melakukan sesuatu.
Sa'ad
adalah pemimpin dan panutan bani Ashal. Mereka menantikan kepulangannya. Dia
dan Mus'ab bin Umair pulang kembali menghampiri bani Ashal. Ketika Sa'ad
mendekati mereka, dia berhenti lalu berkata," Bani Ashal, siapakah aku?"
Mereka
semua menjawab,"Pemimpin dan panutan kami!"
Sa'ad
bin Ma'adh lalu berkata," Aku mengajak kalian untuk percaya pada Allah dan
Rasulullah."
Seluruh
anggota bani Ashal kemudian menganut agama Islam. Oleh karena itu, Mus'ab bin
Umair mulai mengajari mereka prinsip-prinsip dalam agama Islam.
Penghormatan
Kedua Al Akaba
Musim
ziarah yang baru dimulai. Mus'ab bin Umair dan sekolompok umat Muslim pergi
menuju Makkah. Sekelompok kaum kafir juga berangkat ke sana. Kaum kafir
mengunjungi Makkah dan melakukan upacara ritual khusus.
Mus'ab
ingin menemui Nabi saw. untuk memberitahu beliau tentang penyebaran agama Islam
di Yatsrib.
Sekelompok
umat Muslim secara diam-diam mengunjungi Nabi Muhammad saw. Mereka meminta
beliau untuk menemui mereka di Bukit Al Akaba di malam hari. Mereka tidak ingin
kaum kafir Quraisy mengetahui pertemuan mereka.
Saat
kaum kafir sedang tidur, diam-diam kaum Muslim pergi menuju Bukit al Akaba.
Kaum Muslim tersebut berjumlah 73 orang. Dua di antara mereka adalah wanita.
Yang pertama Nasiba binti Ka'ab, dia berasal dari bani Najar. Yang kedua Asma
binti Amru, dia berasal dari bani Salamah.
Nabi
Muhammad saw. datang ke bukit. Begitu pula paman Nabi,Abbas, yang merahasiakan
keislamannya karena dia takut pada orang-orang Quraisy, datang juga bersama
Nabi.
Umat
Muslim kemudian melakukan penghormatan pada Nabi Muhammad saw. Mereka
meyakinkan Nabi bahwa mereka akan membela Islam. Mereka berkata pada Rasulullah
saw," Kami telah menghormatimu! Kami akan setia padamu. Lalu apakah yang
kami peroleh ?"
Nabi
Muhammad saw. menjawab," Surga!"
Munat
Sang Berhala
Utusan
Nabi kembali ke Madinah. Mus'ab bin Umair juga kembali ke Madinah. Dia sangat
gembira atas kemenangan Islam. Agama Islam sudah menyebar. Cahayanya
menyinari Yatsrib. Kebanyakan penduduk Yatsrib memeluk agama Islam, dan hanya
sedikit saja yang masih tetap bertuhan banyak dan menyembah berhala.
Amru
bin Jamuh termasuk di antara mereka, namun putranya, Ma'adh, ikut melakukan
penghormatan pada Nabi Muhammad saw. di Bukit al Akaba. Amru bin Jamuh
membuat berhala dari kayu. Dia menamakannya Munat. Dia menaruh berhala tersebut
di halaman rumahnya. Dia menyembahnya setiap hari.
Ma'adh
memikirkan cara untuk meyakinkan ayahnya tentang kesia-siaan menyembah berhala.
Dia setuju dengan kaum Muslim lainnya untuk mengambil berhala tersebut.
Pada
malam hari, Amru bin Jamuh pergi ke kamarnya untuk tidur. Putranya masih
terjaga dan sedang menunggu kawan-kawannya.
Pada
waktu yang telah disepakati, kawan-kawannya datang. Ma'adh membuka pintu dengan
hati-hati. Kawan-kawannya lalu masuk ke rumah. Mereka kemudian mengikat berhala
itu dengan tali dan menariknya keluar. Mereka pergi ke luar kota. Mereka lalu
melempar berhala itu ke lubang pembuangan sampah. Setelah itu, Ma'adh pulang
dengan tenang dan pergi tidur.
Pada
keesokan harinya, Amru bin Jamuh bangun. Dia tidak menemukan Munat. Ia lalu
mulai mencari berhalanya di sepanjang jalan. Ia berteriak-teriak," Siapa
yang telah mencuri Tuhanku?"
Amru
bin Jamuh mencari berhalanya ke mana-mana. Akhirnya ia menemukannya di lubang
tempat pembuangan sampah. Dia mengeluarkannya dari lubang tersebut dan
membawanya kembali ke rumahnya. Dia lalu membersihkannya dan memberikan wewangian.
Kemudian dia berlutut dan memohon maaf pada berhala itu.
Pada
malam berikutnya, kawan-kawan Ma'adh datang. Mereka menarik berhala itu dan
membawanya ke luar kota lalu membuangnya ke tempat yang sama.
Amru
bin Jamuh bangun dari tidurnya. Dia tidak dapat menemukan berhalanya. Sehingga
ia pun pergi ke luar kota. Dia membawa berhalanya kembali ke rumah dan
membersihkannya. Saat itu, ia mulai kesal. Oleh karena itu, ia kemudian
menempelkan sebuah tulisan di leher Munat. Dia berkata pada Munat," Jika engkau
benar-benar Tuhan, maka belalah dirimu!"
Hari
sudah gelap. Kawan-kawan Ma'adh datang. Mereka membawa kembali berhala itu ke
tempat lain. Mereka mengikatnya pada bangkai anjing dan melemparnya ke dalam
sebuah lubang.
Pada
keesokan harinya, Amru bin Jamuh mencari berhalanya ke mana-mana. Kemudian ia
menemukannya terikat pada anjing yang telah mati. Sehingga ia lalu menendang
berhala itu dengan kakinya. Dia berkata," Sungguh Tuhan yang nakal engkau!"
Sejak
saat itu, Amru bin Jamuh percaya pada agama Islam. Ma'adh sangat senang saat
ayahnya menjadi Muslim.
Hijrahnya
Nabi
Kaum
kafir sering menyakiti kaum Muslim, sehingga Nabi memerintahkan para sahabatnya
untuk hijrah ke Madinah.
Umat
Muslim mulai meninggalkan Makkah secara diam-diam. Mereka pergi ke Madinah
seorang demi seorang atau kelompok demi kelompok. Kaum kafir Quraisy mengetahui
tentang hijrahnya kaum Muslim. Sehingga mereka mulai menangkap dan menyiksa
sebagian dari mereka.
Tiga
belas tahun berlalu setelah misi kenabian. Abu Jahal mendesak kaum kafir
Quraisy untuk membunuh Nabi Muhammad saw. Jibril lalu turun dari langit
memberitahu Rasulullah saw. tentang rencana jahat kaum kafir itu. Malaikat
Jibril memerintahkan Rasulullah untuk hijrah ke Madinah.
Nabi
saw. memutuskan untuk meninggalkan Makkah dengan diam-diam, beliau meminta
sepupunya, Ali, untuk tidur di tempat tidurnya. Ali menerima permintaan Nabi
dengan senang hati.
Ketika
kaum kafir mendobrak rumah Nabi. Mereka melihat Ali sedang tidur di atas tempat
tidur Nabi. Mereka mengagumi Ali dengan keberanian dan pengorbanannya.
Nabi
Muhammad saw. tiba di Madinah. Penduduknya menyambut beliau dengan shalawat.
Pada saat itu, Yatsrib diberi nama Madinah.
Nabi
Muhammad saw. mulai membangun masyarakat baru.
Nabi
Muhammad saw. membangun sebuah masjid. Masjid tersebut merupakan simbol dari
tauhid. Kemudian, beliau membuat persaudaraan antara Muhajirin (kaum yang
hijrah dari Makkah) dengan Anshar (Kaum penolong yang asli Mdinah).
Perang
Badar
Kaum
kafir di Makkah menyerang dan merampok rumah-rumah umat Muslim.
Nabi
Muhammad saw. ingin menghukum kaum kafir Quraisy. Beliau mendengar tentang
kafilah dagang yang kembali dari Syam. Nabi Muhammad saw. kemudian
memerintahkan kaum Muslim untuk menyerang kafilah dagang tersebut.
Abu
Sufyan, pemimpin kafilah dagang tersebut, mendengar tentang rencana kaum
Muslim. Ia lalu mengutus seseorang kepada pemimpin kaum Quraisy agar mengirimkan
perbekalan yang penting padanya. Ia pun mengubah arah perjalanan kelompoknya.
Kaum
kafir bersiap-siap untuk menghadapi kaum Muslim. Mereka mengerahkan 950 orang
prajurit dan berangkat menuju Madinah.
Nabi
Muhammad saw. membentuk suatau pasukan. Pasukan tersebut berjumlah 313 orang.
Beliau memberi Mus'ab bin Umair bendera Muhajirin. Beliau memberi Sa'ad bin
Ma'adh bendera Anshar. Dan beliau memberikan benderanya, yang disebut Al Ikaab,
pada Ali bin Abi Thalib.
Kedua
pasukan bertemu di dekat Sumur Badar.
Perang
pun pecah. Kaum Muslim berjuang dengan gagah berani. Allah menganugerahkan
mereka kemenangan. Kaum Muslim membunuh banyaka kaum kafir. Selain itu, mereka
menangkap banyak kaum kafir seperti Nadhar bin Harits.
Nadhar
bin Harits berkata pada Mus'ab bin Umair," Beri tahu kawanmu (Nabi
Muhammad saw.) agar menganggapku sebagai tawanan perang!"
Mus'ab
kemudian berkata padanya," Engkau telah menyiksa para sahabatnya."
Nadhar
mencoba untuk mengingatkan Mus'ab akan fanatisme Quraisy sebelum Mus'ab masuk
Islam.
Mus'ab
lalu berkata, " Aku tidak sependapat denganmu. Islam menentang fanatisme."
Mus'ab
tidak memikirkan apa pun kecuali agama Islam.
Perang
Uhud
Kaum
kafir Quraisy bersiap-siap untuk membalas dendam pada kaum Muslim. Setahun
berlalu setelah Perang Badar. Kaum kafir mebentuk sebuah pasukan besar. Jumlah
pasukan itu mencapai tiga ribu prajurit. Abu Sufyan memimpin pasukan tersebut.
Pasukan
kaum kafir maju menuju Madinah.
Kaum
Yahudi di Madinah merasa khawatir atas kemenangan kaum Muslim pada saat Perang
Badar. Mereka penuh dengan rasa dengki. Ka'ab bin Ashraf, seorang Yahudi yang
berasal dari bani Nadhir, pergi ke Makkah. Dia mendesak kaum kafir untuk membalas
dendam pada kaum Muslim.
Abu
Sufyan berkata pada Ka'ab,"Agama manakah yang lebih baik, agama Muhammad
atau agamamu?"
Ka'ab
berkata sambil tersenyum,"Bukan keduanya. Yang terbaik adalah agamamu!"
Maka
kaum Yahudi pun berhasil membujuk kaum kafir. Karena itulah, pasukan kaum kafir
berangkat menuju Madinah.
Menghadapi
Kaum Kafir
Setelah
beberapa kali pembicaraan di Masjid Nabi, Kaum Muslim setuju untuk menghadapi
kaum kafir di dekat Bukit Uhud di luar Madinah. Nabi Muhammad saw. membentuk sebuah
pasukan. Pasukan itu berjumlah tujuh ratus orang. Nabi Muhammad saw. memberikan
benderanya pada sahabat yang berani Yaitu Mus'ab bin Umair.
Nabi
Muhammad saw. memerintahkan lima puluh pemanah terbaik untuk tetap berada di
Bukit Aianain. Tugas mereka adalah melindungi kaum Muslim dari serangan
mendadak. Oleh karena itu, Nabi saw. memerintahkan mereka agar tidak
meninggalkan tempat mereka apapun yang terjadi.
Beliau
saw. berkata pada mereka," Lindungi kami dari belakang. Jangan tinggalkan
tempat kalian apabila kalian melihat kami mengumpulkan barang rampasan perang
atau pun apabila kami terbunuh."
Ketika
pertempuran pertama dimulai, Kaum Muslim memperoleh kemenangan besar. Mereka
mulai mengejar kaum kafir. Para pemanah di atas bukit lupa akan perintah Nabi
saw. Mereka melihat saudara-saudara mereka mengumpulkan rampasan perang. Mereka
menginginkannya juga, mereka pun meninggalkan tempat mereka.
Khalid
bin Walid memimpin pasukan kaum kafir. Dia melancarkan serangan mendadak. Para
pemanah di atas bukit tidak dapat menahan serangan mereka. Sehingga sebagian
dari mereka terbunuh dan syahid. Serangan itu menyebabkan kaum Muslim berada
dalam kekacauan.
Nabi
Muhammad saw. dan beberapa sahabat seperti Ali bin Abi Thalib. Hamzah bin Abdul
Muththalib, dan Mus'ab bin Umair menghadapi serangan tersebut.
Mus'ab
membawa bendera Muslim. Ia bertempur dengan gagah berani untuk melindungi
Rasulullah saw.
Pasukan
kafir menyerang Mus'ab dengan gencar untuk menjatuhkan bendera Islam. Mus'ab
melawan dengan gigih. Namun, setelah memberikan perlawanan keras, Mus'ab pun
jatuh ke tanah dan syahid.
Rasulullah
saw. memerintahkam Imam Ali untuk mengangkat bendera Islam tinggi-tinggi.
Pertempuran berlanjut. Lalu, Hamzah pun syahid. Beberapa sahabat terus
bertempur dengan berani. Abu Dajana al Anshari dan Sahal bin Hunaif berada di
antara mereka.
Rasulullah
saw. terluka parah. Kaum kafir melancarkan serangan gencar untuk membunuh beliau
saw. Rasulullah saw. berkata pada Imam Ali, "Lawan kaum kafir ini!"
Imam
Ali bertempur dengan pedangnya,Dzulfikar. Ia tidak menggubris luka-lukanya.
Malaikat Jibril turun dari langit. Dia berkata pada Rasulullah saw.,
"Wahai Muhammad, para malaikat di surga mengagumi ketahananmu."
Penarikan
Mundur
Karena
situasi bertambah kritis, Rasulullah saw. memutuskan untuk menarik mundur
pasukan Islam agar mereka dapat beristirahat. Beliau saw. memanggil
mereka," Aku adalah rasul Allah. Mendekat padaku!"
Rasulullah
memimpin para sahabatnya menuju puncak Bukit Uhud.
Abu
Sufyan berdiri di kaki bukit dan berkata," Sehari untuk sehari."
Lalu
ia berkata," Hubal yang agung!"
Rasulullah
saw. memerintahkan para sahabatnya untuk berkata: "Allah Lebih Agung!"
Abu
Sufyan berkata," Kami memiliki pendukung, sedangkan kalian tidak!"
Rasulullah
saw. berkata," Allah SWT adalah pendukung kami, kalianlah yang tidak
memiliki pendukung!"
Pertempuran
berakhir. Kaum Muslim mendapat pelajaran yang tak terlupakan dari pertempuran
itu. Yakni untuk mematuhi Rasulullah saw. dalam keadaan apa pun.
Kaum
Muslim kehilangan tujuh puluh pejuang. Kaum kafir kehilangan 28 prajurit.
Rasulullah
saw. tiba di Madinah. Kaum Muslim gembira menyambut kedatangan
beliau. Rasulullah menyampaikan rasa duka citanya pada Hamna binti Jahasy
(istri Mus'ab) atas kesyahidan pamannya.
Wanita
itu berkata, " Kita milik Allah dan akan kembali kepada-Nya! Semoga Allah
mengampuni dan mengasihinya! Selamat syahid!"
Rasulullah
saw. lalu menyampaikan rasa duka citanya atas kesyahidan saudaranya, Abdullah.
Wanita itu berkata," Kita milik Allah dan akan kembali pada-Nya! Semoga
Allah mengampuni dan mengasihinya! Selamat syahid!"
Rasulullah
saw. kemudian menyampaikan rasa duka citanya atas kesyahidan suaminya, Mus'ab.
Wanita
itu larut dalam tangis dan berkata,"Betapa menyedihkan!"
Ia
terus mencucurkan air mata kepahitan. Rasulullah saw. tahu bahwa Hamna sangat
mencintai suaminya yang pemberani itu.
Wanita
Mukmin itu akhirnya pulang sambil menangis. Melihat hal itu, Rasulullah saw.
berkata," Wanita itu mencintai suaminya lebih dari siapa pun."
Nama
Mus'ab tertera di baris pertama lembaran jihad.
Kaum
Muslim selalu mengenang pahlawan pemberani ini, yang menderita dalam
perjuanganbagi Islam.[]
0 comments: