Pertemuan Ayatullah Al-Udzhma Marashi Najafi ra dengan Imam Mahdi as (Bag 1)
Posted by
Unknown
at
6:00 AM
Kisah Pertama
Dimasa aku menuntut ilmu-ilmu agama dan fiqih ahlulbayt –Alaihim as-salam-
dikota Najaf yang mulia, aku sangat rindu sekali untuk dapat melihat keindahan
Maulana Baqiyyatullah Al-A'dzam –Ajjalallah farajahu As-Syarif- dan aku
berjanji pada diriku sendiri untuk pergi berjalan kaki disetiap malam rabu
menuju ke masjid As-Sahlah dan hal tersebut berlangsung selama empat puluh
hari, dengan berniat untuk menziarahi Maulana Shahibul amr (as) supaya dengan
hal tersebut aku dapat meraih keberuntungan yang agung.
Aku lakukan amalan ini secara terus
menerus hingga tigapuluh enam atau tigapuluh lima malam disetiap malam
rabu. Secara kebetulan aku terlambat keluar dari Najaf yang mulia malam itu,
dan keadaan cuaca sedang mendung dan turun hujan. Didekat Masjid As-Sahlah situ
terdapat parit, dan disaat aku sampai disana dimalam yang sangat gelap dan
menakutkan serta takut dari gerombolan para penyamun (dimasa itu banyak sekali
terjadi perampokan) aku mendengar suara langkah kaki dari belakangku yang mana
kondisi ini semakin menambah rasa takutku. Kemudian aku menoleh kebelakang dan
aku melihat seorang sayyid arab yang berpakaian orang desa. Dia mendekat
kepadaku dan dengan bahasa yang fasih dia mengucapkan salam: Ya sayyid salam
alaikum. Maka rasa takut dari dalam hatiku menjadi hilang semuanya dan aku
menjadi tenang. Yang aneh adalah bagaimana dia bisa mengenali bahwa aku ini
adalah sayyid dimalam yang sangat gelap gulita seperti itu? Akan tetapi aku
tidak sadar tentang kondisi ini bahwa bagaimana dia bisa membedakan dimalam
yang begitu gelap ini.
Ringkasnya, kami berbincang-bincang dan
kami berjalan bersama-sama, maka beliau mulai menanyakan kemana tujuanmu? Aku
berkata: kemasjid As-Sahlah. "Untuk tujuan apa?" sambung beliau
bertanya lagi. Aku menjawab: aku bertujuan untuk memuliakan dengan berziarah
kepada Waliyyul ashr (as).
Setelah beberapa langkah kami sampai pada
di masjid Zaid bin Shuhan, yaitu sebuah masjid kecil yang dekat dengan masjid
As-Sahlah. Sayyid Arabi berkata: alangkah baiknya kalau kita masuk kedalam
masjid ini terlebih dahulu, melakukan shalat didalamnya dan melaksanakan
tahiyyat masjid. Kemudian kami masuk kedalamnya dan ia melakukan shalat, lalu
sayyid membaca do'a khusus didalam masjid, dan seolah-olah tembok2 serta
bebatuan juga ikut serta membaca do'a bersama beliau, maka aku merasakan
revolusi yang ajaib didalah jiwaku yang tidak dapat aku berikan ciri-ciri
kepadanya. Setelah membaca do'a kemudian Sayyid Arabi berkata: wahai sayyid,
engkau lapar, alangkah baiknya kalau engkau makan malam terlebih dahulu.
Setelah itu beliau mengeluarkan makanan dari dalam aba'ahnya. Disitu terdapat
tiga potong roti dan dua atau tiga timun yang masih hijau dan segar,
seolah-olah baru dipetik dari kebun. Saat itu adalah dinginnya yang mencekam
mencapai hari empat puluhan musim dingin, dan aku tidak menyadari pada makna
ini bahwa dari mana beliau membawa timun yang masih segar ini dimusim dingin
seperti ini? Maka kamipun mulai menghidang makan malam, sebagaimana perintah
sayyid. Kemudian beliau berkata: bangkitlah, mari kita pergi kemasjid
As-Sahlah. Maka kamipun masuk kemasjid As-Sahlah, sayyid melakukan
amalan-amalan yang telah tertera dibeberapa tempat, sedangkan aku mengikuti
beliau, serta melakukan shalat maghrib dan Isya' , maka akupun mengikuti beliau
lagi, seolah-olah aku tidak punya ikhtiar, dan anehnya aku tidak begitu
perhatian bahwa siapakah sebenarnya sayyid ini?
Setelah selesai melakukan amalan-amalan, Sayyid arabi berkata: wahai sayyid, apakah engkau pergi menuju masjid Kufah sebagaimana orang-orang yang lain setelah selesai melakukan amalan-amalan, ataukah engkau menetap di masjid As-Sahlah ini. Aku menjawab: Aku menginab dimasjid ini, maka kamipun duduk ditengah masjid persis ditempatnya Imam Ja'far As-Shadiq (as).
Aku berkata kepada Sayyid: Apakah engkau
suka teh atau kopi, atau suka merokok, agar aku dapat menyediakannya untuk
engkau? Maka beliau menjawab dengan jawaban yang general: Ini semua adalah
termasuk perkara-perkara dari kehidupan yang sekunder, sedangkan kami
menjauhkan dari kehidupan-kehidupan yang bersifat lebih (sekunder)".
Perkataan ini sangat berpengaruh didalam
relung hatiku, setiap kali aku tidak minum teh, dan mengingat posisi serta
perkataan yang demikian itu dadaku menjadi berdebar.
Ala kulli hal, perbincangan kami menjadi
lama hingga mendekati dua jam, dan dalam momen yang tepat itu aku dapat
menngambil dan mengingat-ingat beberapa pokok permasalahan yang akan kami
isyaratkan sebagiannya sebagai berikut:
1- Berlangsung perbincangan seputar
istikharah, berkata Sayyid arabi: wahai sayyid, bagaimana engkau mengamalkan
istikharah dengan tasbih?. Aku menjawab: membaca shalawat tiga kali, membaca
"Astakhirullah birahmatihi khiyaratan fi 'Afiyah" tiga kali, kemudian
aku mengambil segenggam tasbih dan aku menghitungnya, apabila sisanya genab
maka hasilnya adalah tidah baik, dan jika sisanya ganjil maka hasilnya adalah
bagus. Sayyid berkata: Pada istikharah seperti ini tidak sempurna dan kau belum
tahu yaitu apabila ia sisa ganjil tidak dapat dihukumi secara langsung bahwa
dia adalah bagus, akan tetapi terhentilah disitu, dan harus melakukan
istikharah sekali lagi untuk meninggalkan pelaksanaan, apabila tersisa ganjil
lagi maka baru terungkap bahwa istikharah yang pertama tadi adalah bagus, dan
jika hasilnya genab, maka dapat terungkap bahwa hasil istikharahnya adalah
tengah-tengah.
Dalam diriku aku berkata menurut kaidah
ilmiah hendaknya aku harus meminta dalil, maka aku bertanya kepada beliau
tentang hal tersebut. Beliau menjawab: kami telah sampai dari tempat yang
tinggi. Maka hanya dengan ungkapan seperti ini aku mendapatkan penyerahan diri
dan kepatuhan didalam diriku, dan dalam kondisi seperti ini aku tidak
memperhatikan siapakah sebenarnya Sayyid ini
2- Dari pokok-pokok permasalahan dalam
perbincangan tadi adalah penekanan Sayyid arabi untuk membaca ayat-ayat ini
setelah melakukan shalat wajib lima waktu, setelah shalat shubuh membaca surat
Yasin, setelah shalat dhuhur membaca surah Amma (An_naba'), setelah shalat
maghrib membaca surah Al-Waqi'ah dan setelah shalat Isya' membaca surah
Al-Muluk.
3- Diantara pokok-pokok permasalahannya
adalah penekanan beliau untuk melakukan shalat dua rakaat diantara shalat
maghrib dan Isya' pada rakaat pertama membaca surat apa saja yang kamu suka
setelah membaca Al-Fatihah, adapun pada rakaat yang kedua membaca surah
Al-Waqi'ah (setelah membaca Al-Fatihah). Beliau berkata: ini sudah cukup tanpa
harus membaca surah Al-Waqi'ah lagi setelah shalat maghrib sebagai mana yang
lalu. (artinya apabila engkau telah membacanya didalam shalat, maka tidak ada anjuran
untuk membaca yang kedua kalinya setelah shalat maghrib.
4- Diantara pokok permasalahan yang ada
adalah penekanan beliau terhadap do'a ini setelah shalat lima waktu:
"Allahumma sarihni minalhumumi walghumumi wa wahsyatish-shadri[1] wa
waswasatisy-syaithani birahmatika ya arhamarrahimin".
5- Diantara pokok permasalahannya adalah
penekanan beliau untuk membaca do'a sebagai berikut ini setelah membaca dzikir
ruku' dalam shalat-shalat wajib lima waktu terutama pada rakaat yang terahir:
"Allahumma shalli 'Ala Muhammad wa Ali Muhammad wa tarahham 'ala 'ajzina
wa aghitsna bihaqqihim".
6- Beliau telah memuji-muji kitab
"Syara'i_ul Islam" karya seorang pakar peneliti Al-Hilli. Beliau
berkata: Semuanya sesuai dengan kenyataan yang ada kecuali bebepara pokok permasalahan
saja.
7- Penekanan beliau untuk membaca
Al-Qur'an dan memberikan hadiah pahalanya kepada orang-orang syiah yang tidak
memiliki warisa (keturunan) atau mempunyai keturunan akan tetapi mereka tidak
ingat terhadap keluarga-keluarga yang sudah pada meinggal.
8- Didalam waktu shalat (sebuah surban)
diletakkan dibawah dagu sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang arab, dan
dilingkarkan pada dagu tersebut, serta diletakkan sebuah amamah (ikatan kepala
sebagaimana yang dipakai oleh orang-orang arab atau para pembesar agama dan
para santri diwilayah arab dan Iran) diatas kepalanya. Beliau berkata: hal itu
terdapat didalam syari'at.
9- Penekanan beliau untuk berziarah ke makam Sayyyidusy-Syuhada' (as).
9- Penekanan beliau untuk berziarah ke makam Sayyyidusy-Syuhada' (as).
10- Do'a beliau kepada diriku, beliau
berkata: Semoga Allah menjadikan engkau termasuk orang-orang yang selalu
berkhidmat terhadap syari'at.
11- Aku berkata kepada beliau: Aku tidah
tahu apakah ahir kehidupanku akan berahir dengan baik, dan apakah wajahku akan
putih dihadapan Allah Pemilik syari'at yang suci. Beliau berkata: ahir hayatmu
akan berahir dengan kebaikan dan amal-amal perbuatanmu akan diterima serta
wajahmu akan putih.
Aku berkata: Aku tidak tahu apakah kedua
orang tuaku, ustazd-ustazdku serta sanak familiku semuanya akan rela terhadap
diriku? Beliau berkata: mereka semuanya ridha dengan kamu dan mendo'akanmu.
Kemudian aku memohon kepada beliau untuk
mendo'akanku agar aku bisa sukses didalam berkarya tulis, maka beliaupun
mendo'akan aku.
Disana terdapat beberapa pokok
permasalahan yang lainnya yang tidak dapat aku jelaskan secara terperinci.
Kemudian aku ingin keluar dari masjid
untuk keperluan tertentu. Aku pergi kekolam, kolam itu berada ditengah-tengah
jalan, dan sebelum aku keluar dari masjid segera terlintas dalam benakku malam
apakah ini? Dan siapakah Sayyid arabi yang memiliki segudang keutamaan
tersebut? Barang kali beliau yang aku maksud? Tidak selang lama
pertanyaan-pertanyaan itu muncul dalam benakku seketika aku balik kembali
dengan kebingungan mencari beliau namun aku tidak menemukan bekas-bekas Sayyid
tersebut dan tidak ada seorangpun didalam masjid. Maka akupun segera tahu bahwa
aku menmukan seorang pribadi yang selama ini aku cari-cari , akan tetapi aku
tak sadarkan diri, maka aku segera menangis dengan meratap-ratap bagaikan orang
gila, dan aku berjalan mengelilingi masjid hingga subuh bagaikan orang yang
sedang bingung karena dirundung cinta yang selalu menekan setelah sampai. Dan
setiap kali aku teringat malam itu aku selalu tak sadarkan diri. Ini adalah
ringkasan dari kisah yang terperinci.
0 comments: