Skenario Biden ; Disintegrasi Irak Dimulai dari Aksi Demo di Kawasan Sunni Irak
Posted by
Unknown
at
7:22 AM
Aksi demonstrasi luas yang baru-baru ini dilakukan oleh warga provinsi Salahuddin, al-Anbar dan Mosul menentang pemerintah Nouri Maliki menunjukkan bahwa fitnah sektarian Syiah dan Sunni mulai ditebar di Irak. Penduduk tiga provinsi Ahli Sunnah ini yang mayoritasnya punya kecenderungan terhadap Partai Baath dan anti syiah berusaha melalui aksi mogok untuk melincinkan jalan bagi kudeta militer terhadap pemerintah Irak.
Aksi unjuk rasa di jalan-jalan dimulai ketika pihak keamanan Irak sejak lama melihat adanya hubungan antara pasukan pengawal Rafi al-Issawi, Menteri Keuangan Irak dengan kelompok-kelompok teroris dan mengungkapnya. Komandan dan sejumlah pengawal pribadi menteri keuangan Irak menjadi buronan pengadilan kriminal negara ini. Mereka dituduh selama setahun lalu melakukan hubungan dengan kelompok-kelompok teroris yang berafiliasi dengan al-Qaeda dan terlibat dalam sejumlah aksi teror terhadap warga Syiah dan makam-makam suci Irak.
Sekalipun pengadilan di Irak melakukan tugasnya secara independen, tapi penangkapan tim pengawal pribadi Rafi al-Issawi dijadikan alasan oleh sebagian anasir Partai Baath dan kepala-kepala suku yang berafiliasi dengan partai peninggal rezim Saddam Husein ini untuk menuding pemerintah Nouri Maliki. Rafi al-Issawi yang keturunan suku-suku nomaden al-Anbar terlibat langsung memprovokasi pendudukan ini melawan pemerintah. Ia bahkan meminta rakyat untuk melanjutkan aksi demo mereka.
Selama tiga hari lalu, Rafi al-Issawi mendatangi provinsi al-Anbar, Salahuddin dan Mosul lalu mengajak warga di sana untuk melanjutkan aksi unjuk rasa mereka guna tercipta sarana untuk menggulingkan pemerintah Nouri Maliki. Para demonstran di Mosul, al-Anbar dan Salahuddin mengibarkan bendera rezim Baath dan mengeluarkan yel-yel anti Syiah. Masih dalam koridor konspirasi ini, media-media Qatar dan Arab Saudi meliput luas aksi demo ini dan mengklaim bahwa pemerintah Nouri Maliki tengah berusaha untuk memarjinalkan warga Sunni Irak.
Media-media Arab menuduh pemerintah Baghdad bahwa Perdana Menteri Nouri Maliki tengah menerapkan kebijakan Republik Islam Iran untuk mengisolasi warga Sunni Irak. Media-media ini berusaha menggiring opini publik bahwa Nouri Maliki sendiri merupakan hasil dari kesepakatan rahasia antara Amerika dan Iran. Karena ia memiliki cara pandang agamis terkait demografi sosial dan politik Irak. Liputan luas media-media Qatar dan Arab Saudi ini menunjukkan bahwa ada upaya untuk menciptakan perpecahan dan bahkan perang mazhab antara Syiah dan Sunni di Irak. Rencana ini mulai diterapkan ketika mulai ada friksi serius antara pemerintah pusat Irak dengan Wilayah Otonomi Kurdistan.
Pada saat yang sama, Jalal Talabani, Presiden Irak yang dalam kondisi seperti ini biasanya menjadi mediator yang dapat diterima kelompok-kelompok politik Irak sedang berada di luar Irak untuk mendapat perawatan.
Tampaknya tujuan dari kerusuhan dan perselisihan etnis dan mazhab di Irak masih satu paket dengan rencana Joe Biden, Wakil Presiden Amerika yang ingin memecah Irak menjadi tiga bagian. Sesuai dengan rencana Biden ini, Irak akan menjadi tiga kawasan; Syiah, Sunni dan Kurdi. Aksi demo warga di tiga provinsi Ahli Sunnah itu menjadi pendahuluan untuk merealisasikan rencana tersebut.
Skenario utama yang ada di Irak adalah Amerika, Israel dan sekutu Barat mereka dengan dibantu pion-pion regional seperti Turki, Qatar dan Arab Saudi tengah berusaha menciptakan perang sektarian Syiah dan Sunni. Perang ini akan ditebar pada saat yang bersamaan di Suriah, Lebanon dan Irak. Keterlibatan para Salafi dan Wahabi di Suriah memperkuat alibi ini.
Baru-baru ini Ahmet Davutoglu, Menteri Luar Negeri Turki meminta Republik Islam Iran untuk bekerjasama dengan Turki untuk mencegah terjadinya perang etnis dan mazhab di Timur Tengah. Pernyataan ini disampaikan ketika Turki tengah memperkuat kelompok-kelompok teroris salafi dan Wahabi dengan bantuan dana dan senjata bersama Arab Saudi dan Qatar. Bila Salafi dan Wahabi berhasil menggulingkan pemerintah Bashar Assad di Suriah, sudah pasti target selanjut mereka adalah Irak dan bila itu terjadi maka Timur Tengah akan menyaksikan perang etnis dan mazhab yang luas.
0 comments: