Langkah Agresif AS Untuk Mengisolasi Iran
Posted by
Unknown
at
3:53 AM
Presiden Amerika Serikat Barack Obama belum lama ini, menandatangani sebuah undang undang yang ditujukan untuk menangkal pengaruh Iran di kawasan Amerika Latin melalui strategi diplomasi dan politik.
Undang-Undang "Countering Iran in the Western Hemisphere" yang ditujukan untuk menangkal pengaruh Iran itu, disahkan oleh DPR pada awal tahun ini. Aturan tersebut memungkinkan Kementerian Luar Negeri AS untuk mengembangkan strategi dalam kurun waktu 180 hari guna menghadapi aktivitas dan kehadiran Iran yang menyebabkan beberapa negara di wilayah Amerika Latin memusuhi AS.
Aturan tersebut juga menyerukan agar Kementerian Keamanan Domestik untuk meningkatkan pengintaian di wilayah perbatasan AS dengan Meksiko guna mencegah adanya operasi yang dilakukan Korp Pengawal Revolusi Iran (Pasdaran), Pasukan Elit al-Quds, Hizbullah, atau organisasi lain yang ingin masuk ke Amerika Serikat.
Washingon telah berulang kali menyatakan pihaknya terus memantau aktivitas Iran di Amerika Latin secara seksama, meskipun Kementerian Luar Negeri dan dinas intelijen mengindikasikan tidak ada ancaman atas aktivitas negara Islam itu di Amerika Selatan.
Republik Islam telah membuka enam kedutaan besar baru di wilayah itu sejak 2005, sehingga jumlahnya menjadi 11 kedubes dan 17 pusat kebudayaan. Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad juga sempat melakukan sejumlah kunjungan kenegaraan ke Amerika Latin, meskipun tahun 2012 hanya dua kali.
Tehran secara khusus memiliki kedekatan dengan Bolivia, Ekuador, Kuba dan Venezuela, yang ditandai dengan meningkatnya investasi negara Timur Tengah itu di empat negara tersebut.
Tanpa ragu, pengaruh Iran yang telah mencapai Amerika Latin, adalah suatu fakta yang mengacak-acak dominasi dan hegemoni AS di dunia. Aksi itu secara langsung menunjukkan tekad AS untuk memblokir semua kanal guna meningkatkan efektifitas sanksi terhadap Iran.
Peningkatan hubungan antara Iran dan Amerika Latin sejak kepemimpinan Ahmadinejad didorong oleh kombinasi faktor. Selain faktor ekonomi, kedua belah pihak juga menentang kebijakan hegemonik AS dan menegaskan independensi kebijakan luar negeri semua negara.
Perlu dicatat bahwa AS telah lama mengadopsi kebijakan Iranphobia dan menyebarkan kebohongan tak berdasar di media terkait Republik Islam. AS juga kerap menyuarakan kejengkelannya atas kedekatan hubungan Iran dengan Venezuela.
Iran sendiri mengkritik langkah agresif AS untuk melawan peningkatan pengaruh Republik Islam di Amerika Latin. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Ramin Mehmanparast mengatakan, "Orang-orang Amerika masih hidup di era Perang Dingin dan membayangkan bahwa Amerika Latin masih menjadi halaman belakang mereka, serta berniat untuk memaksakan dan menentukan kebijakan AS di negara-negara merdeka."
Dia mencatat bahwa kebijakan itu menunjukkan kurangnya pengetahuan para pejabat AS tentang tatanan dunia baru. Dikatakannya, "Hubungan Iran dengan semua negara, terutama di Amerika Latin, bersahabat dan didasarkan pada sikap saling menghormati dan kepentingan bersama. Hubungan ini akan membawa kesejahteraan dan pengembangan lebih lanjut dari kedua belah pihak."
Mehmanparast menegaskan bahwa opini publik tidak lagi menerima tindakan usil dan negara-negara Amerika Latin bebas mengatur hubungan luar negeri mereka berdasarkan kepentingan mereka sendiri.
(IRIB Indonesia/RM/NA)
0 comments: